REUMATOID ARTRITIS
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan sekitar 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan kronis (Healthy People, 1997).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
A. PENGERTIAN
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999). B. ETIOLOGI
Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari factor genetic, lingungan, hormonal dan factor system reproduksi. Namun factor pencetus terbesar adalah factor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). C. TANDA DAN GEJALA
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi. Selanjutnya terjadi nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari. Akibatnya rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan. D. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.
Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum
6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu. E. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada penderita rheumatoid arthritis ditujukan untuk meningkatkan kemampuan penderita dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Proses ini dimulai dengan pengkajian yang difokuskan pada fungsi musculoskeletal pasien termasuk kemampuan pemenuhan aktivitasnya. Selain itu harus dikaji pola diet, riwayat infeksi sebelumnya dan aspek psikososial akibat dari penyakit yang diderita lansia (Lemone & Burke, 2001).
Adapaun masalah keperawatan yang sering muncul pada penderita rheumatoid arthritis yaitu : nyeri, kelemahan, gangguan mobilisasi fisik, gangguan pemenuhan ADL, gangguan istirahat tidur, gangguan gambaran diri, koping tidak efektif ( Brunner & Suddarths, 2000).
Tindakan keperawatan ditujukan untuk mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan, mengurangi kelemahan, meningkatakan mobilitas, memfasilitasi perawatan diri, membantu pemenuhan istirahat tidur, meningkatkan konsep diri dan mencegah komplikasi (Brunner & Suddarths, 2000).
Refferensi :
Bahar. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. FKUI.
Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third Edition, California : Addison Wesley Nursing.
Luecknote, Annete Giesler. 1994. Pengkajian Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 1999. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Stanhope, Knollmueler. 1995. Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta . EGC
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=522
http://www.menkokesra.go.id/content/view/2933/313/
Admin
Minggu, 21 September 2008